Thursday, July 24, 2008

Merentas masa


Bab 1

merentas masa
ketika mengutip
detik saat
layar yang carik
ditumpahi
racun ular
dan jemari terbakar

: Lukiskan!

: Jadi batu

: Peringatan seusia
malaikat dan syaitan

Bab 2

daun gugur
dan hijau dulunya
kini kering coklat
stanza angin
doa dan berdoakan
ia hitam
dan
tiba di tanah
akan dibakar hangus!
abunya
menguapi sungai lara

dan di situ
lava tiada bandingan



Beayon
September 2004 Lubuk Antu




Ajaib








apa yang paling ajaib:
tujuh benda ajaib?
lampu Alladdin?
atau ajaib itu sendiri…

apa yang lebih seajaib
tujahan hujan
panahan matari
sinaran bulan
nyanyian lembut ombak
desir angin lalu
bergentayangan sayu awan

lalu hujan bercerita
apa yang lebih seajaib nyawa

matari bersuara
apa yang lebih seajaib rasa

bulan bertembang
apa yang lebih seajaib pandangan

awan julang
apa yang lebih seajaib roh

Tujuh sepakat
bertiangkan

“Kun Faya Kun”

Beayon
Oktober 2004.

Sibu

T.I.T.I.K




hanya matahari itu andaikata matahati

bisu
kincah
repekkan
tujahan

yang picisan ya di jalanan
itu alasan menjadi batu
kaku

lalu hujan sekali lagi bercerita

embun sapa langit
dan sinar bulan adalah
wajaharca tak pernah terlupakan

cahayanya memang…
itu jikalau mukjizat
pastinya beranda muram
bukan suram
apalah detip ke titik itu tabrakkan peluru panas

waduh!

sekali lagi lambungan ombak
titip cerita klasik
hakikat
kudrat

jadi…?

nenda:

salahkah pula percik ini?
pula, matahati itu matahari

pandang…bayang…

: - Hanyut pasti

ladang luas pada lirik bahtera kertas
jatiratu
api di tangan, makan!

Maaf penguasa, itu…



Beayon
18.11.03


Kuching











Wednesday, July 16, 2008

…Tiba…


…bagaimana mengharap kapal ke pelabuhan
ketika gelombang besar rayap halilintar memagar dan
jadilah gunung dengan tumbuhnya besi dan api

desah percik manik embun
amuk yang mainkan bocor dan pelawa laharmerah

rerumputan tidak berumah tanah
dada si dukung usia dengan tulangnya hitam dan
jadinya luka nanah.

sememangnya kepada Satu
ke situ yang diulus timbangan
langkah kekanan buniannya

kiri, telapak derap si pencat

dengan satu janji
dan dengannya nyawa suburnya yimpang dan air bunga duri
koyaknya dedaunan hijau yang
niannya pasti

tembok
kata si dia jaringnya
si jalang pun ucap dinding yang perlu seperti cerminan
dan sudah pasti langkah
mudah memilih memasuki lubang biawak
lebih dari sekali.

nah!
pembicara sebenar remuk serta tongkat
punggung yang tergetar dan air mata nantinya lemas darah

sang embun
senantiasa berbisik…pagar di rumah agam menunggu gempar dan
tumbangnya serta deraian.

...dia begitu pengasih.

Beayon
23.07.04







Kuching

Tuesday, July 15, 2008

Diari sehingga malam ini









banyak warna didalam genggaman
akan menari di rerumputan
tanahnya ada gema cermin

sejak tanah itu dihamilkan
gema ada disini
menunggunya dengansetia
saat rahimnya membongkar
ada lingkaran menikung pada langit

cahaya yang tiba-tiba pasang
perahu berwarna putih
membuka dada,
hujan pun
membungkus jalan
disisinya ada cahaya keemasan
berpaut pada debu bianglala

ketika labuhnya punggung abadi
kilau dayung pun meRaja cahaya merekah
ada lubang angin dengan bersembunyi api
marah yang merah.

merdunya dulu penjaga kolah
syumul.
terbaring diatas cerminnya yang retak
ada garis hitam
lalu membakarnya taman.

detik dipacu kabut rahang kolah
layu patah

percik keemasan tetap ada
akan biarkan terbaring selepas penat menari
merah akan membakar warna-warni dan
menggaris jerlus hitam
yang tak bisa padam

Beayon
Februari 2004

Kuching.

Perut yang membusuk

perut yang membusuk
akan menangis

: minta dikenyangkan

rengkingan
dibawa gema ke langit
dendam yang menikung
lewati dasar hujan
meniup
darah rerumput
cahaya matahari mencairkan cermin
dan bunga-bunga pun tercipta
tikungan yang hampir basah dan
perigi pun rebah
denyut memecah kehamilan
dedaunan
di embun darah merah
sinar runtuh ketika angin langit
membina perisai yang terlebur
dari batu

bebahang halilintar
suburkan setiap penjuru
meja pun membuka catatan malam
ketika ku buka

pagi telah bersuara!




Beayon
September 2004
Samariang, Kuching

Monday, July 14, 2008

Ketika tidur yang mahu dilelapkan


ketika tidur yang mahu dilelapkan
esok tiada menjelma pagi
lena berbisik;

“anyamkan cahaya bulan,
biarkan mengambang gayut
di purnama!”

awan hitam yang lebat
akan menjadi telaga
menyusur perahu
ada layar,
ada kemudi,
angin gelap
memakan hitam
kocakan air menjadi lapar,
menjadi terganga,
seorang petapa berbisik dengan suara nyaring
ketika melintasi
sebuah teluk indah;

“layar itu telah lama carik,
kemudiannya
akan tetap mati!”
anak kapal merayu,
bertanya bertalu
tentang ceritera
laluan pulang
petapa hilang
diterbangkan sehelai layar keemasan
ketika lelap disedarkan
matahari hembur cahaya
rerumput manja-manja.


Beayon
Disember 2003


Bandaraya Kuching